BECOME A WORLD CLASS UNIVERSITY

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beranjak menuju universitas kelas dunia. Welcome to the world community.

Berprikir Kreatif

Untuk memecahkan problem social.

Berpretasi

Sebagai agen of change, mahasiswa bidikmisi harus berprestasi dalam segala bidang.

Indonesia Jaya

Yang muda yang berkarya.

Indonesia Jaya

Yang muda yang berkarya.

Minggu, 02 November 2014

Dua Mahasiswa Bidikmisi Jadi Wisudawan Terbaik pada Wisuda ke-94


Auditorium Harun Nasution, BERITA UIN Online— Adalah Muhtar Mochamad Solihin (25) dan Khaidir Ali (22). Keduanya merupakan dua wisudawan terbaik pada wisuda sarjana ke-94 UIN Jakarta dari Program Bidik Misi. Masing-masing mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.93 dan 3.86. Oleh karena itu pula, keduanya ditabalkan sebagai sebagai dua dari 11 wisudawan terbaik di tingkat universitas pada jenjang pendidikan sarjana Strata Satu (S1).

Sebelum ditetapkan sebagai wisudawan terbaik universitas, Uwir Rehands, panggilan akrab Mochamad Solihin, adalah alumni terbaik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi (FIDKOM). Ia juga lulusan terbaik dari Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI).

Menurut anak bungsu pasangan Ta’ad dan Sumiyati ini, dirinta berasal dari keluarga ekonomi lemah. “Ayahnya susdah lama sakit, sehingga tidak bisa bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, ibuku yang bekerja,” ujar Uwais sebelum mengikuti acara wisuda, di Gedung Rektorat, Ahad (2/11/2014).

Lantaran kuat untuk mengubah nasib keluarga, anak keenam dari enam bersaudara ini pun bertekad melanjutkan pendidikan tinggi usai lulus SMA. Dengan modal beragam prestasi di sekolahnya,  Uwair pun mencoba peruntungan kuliah di UIN Jakarta melalui program Bidik Misi.

“Kita tidak salah dilahirkan menjadi orang miskin, yang salah adalah ketika kita diwafatkan dalam keadaan miskin”. Bagi saya miskin itu nasib dan bisa diubah sebagaimana Allah mengatakan dalam al-Ra’d  ayat13,” katanya yakin.

Dengan keyakinan itu, Ketua Umum Pertama sekaligus salah satu pendiri Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI) UIN Jakarta ini membuktikan keyakinannya itu. Setelah melalui serangkaian tes, Uwair, yang juga mantan aktivis Anggota Rohani Islam (Rohis) As-Shalihin SMA Negeri 1 Subang lulus diterima sebagai mahasiswa penerima Bidik Misi.

Setelah  menjadi mahasiswa, Uwair pun sibuk di sejumlah kegiatan. Selain kuliah, ia juga anggota Divisi Rekrutment Crew DnK TV FDK UIN Jakarta, dan Ketua Menteri Penelitian dan Pengembangan (Litbang) HMJ-BPI  pada 2011–2012 , dan beberapa kegiatan lain.

Dengan sebrek kegiatan itu, maka beasiswa yang didapatnya pun tak mencukupi kebutuhan hidup di kota metropolitan.  Untuk menutup kekurangan keungan, tak jarang ia pinjam sana-pijam sini dari beberapa temananya.

“Banyak orang beranggapan, sangat enak menjadi saya dan teman-teman seperjuangan Bidik Misi lainnya yang mendapatkan beasiswa ini. Padahal kami katakan sukanya hanya berkisar 30% dan dukanya 70%. Sukanya, kami bisa merasakan mengenyam pendidikan dan menambah jejaring pertemanan di perguruan tinggi,” paparnya.

Uwair menambahkan, dengan beasiswa itu tidak serta merta kebutuhan akademik dan pribadi tercukupi. Pasalnya, pencairan dana beasiswa untuk living cost (biaya hidup) selama kuliah 4 tahun sering  macet dan tidak pernah tepat waktu. “Ini duknya,” tegasnya.
Selain meminjam uang kolegnya, ia pun  sering ikut kerja part time di berbagai tempat, agar kuliah dan aktivitas terus berjalan.

“Sering pula ketika saya betul-betul tidak bisa mendapatkan pinjaman uang, saya mencari informasi lokasi syuting film/sinetron/iklan untuk sekedar bisa mendapatkan makan dan uang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehari-semalam hanya mendapatkan Rp 35.000-75.000. Saya sangat bersyukur karena selain pengalaman bertambah, saya pun bisa menyambung hidup lebih lama,” tuturnya.

Kini setelah lulus, Uwair ingin melajutkan jenjang magister dan membantu ekonomi keluarga. Ia tak berharap pekerjaan ayahnya sebagai penjual es keliling dan ibunya penjual bubur kacang ijo dialami oleh saudara-saudaranya. “Stelah ini, saya ingin jado dosen dan wirausaha sehingga bisa membantu masyarakat,” tandanya.

Tak beda dengan Uwair, Khaidir adalah satu dari jutaan anak negeri yang mendapatkan nasib sebagai keluarga ekonomi lemah. Ayahnya, Murais, kerja serabutan. Sedangkan ibunya, Wanih, adalah penjual kue ketan. Anak bungsu yang juga menjadi mahasantri di Pesantren Tinggi Hadis Daruss Sunah, ini adalah wisudwan terbaik di fakultasnya, Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI)

Ketika mau kuliah di UIN Jakarta, anak keenam dari enam bersaudara ini hanya menuruti nasehat dan saran ustadz di pesantrennya. Tapi berpikir lama, ia pun mendaftar. “Alhamdulillah, saya diterima di Fakultas Dirasat Islamiyah. Sebelumnya, saya tidak tahu ini fakultas apa,” akunya.

Menurut laki-laki kelahiran Bekasi, 8 Agustus 1992, kuliah di FDI banyak memberikan dahaga ilmu-ilmu dasar keislaman. “Tak kuduga kuliah di Fakultas Dirasat  itu luar biasa lho….Di sini aku bertemu dengan ratusan mahasiswa dari berbagai suku dengan bahasa yang berbeda-beda,” paparnya.

Ia pun bersyukur, kuliah di fakultas ini bertemu dengan para calon ulama dunia. “Semua mahasiswa wajib bisa ngomomg bahasa Arab kayak orang Arab asli. Ketika saya kumpul dengan mereka seolah saya lagi bersama dengan para (calon) ulama,” pungkasnya. (Saifudin)

sumber: Berita UIN Online (http://uinjkt.ac.id/index.php/arsip-berita-utama/2890-dua-wisudawan-terbaik-ini-penerima-bidik-misi.html)

Selasa, 01 Juli 2014

Edy Fajar Prasetyo, Sulap Plastik Jadi Barang Cantik

Banyak dampak negatif dari limbah plastik yang terbuang. Selain dapat mengakibatkan banjir, limbah plastik yang tertimbun di tanah juga mengakibatkan tanah tandus. Hal itulah yang membuat keprihatinan Edy Fajar Prasetyo (21) untuk memanfaatkan limbah plastik menjadi Ebi Bag, Ebi Souvenir, dan Ebi Wallet (dompet), kerajinan tangan cantik nan bernilai jual tinggi.
 
Sudah dua tahun Mahasiswa Jurusan Agribisnis semester 6 ini menekuni pemanfaatan limbah plastik. Semuanya  bermula dari keprihatinan Edy melihat limbah-limbah plastik yang masih kurang diperhatikan. “Secara tidak sadar, dalam sehari kita bisa menghasilkan dua puluh jenis sampah. Dari ujung rambut sampai bawah kaki,” katanya, Jumat (20/6).

Kerajinan pemanfaatan limbah plastik sebenarnya bukan barang baru. Sudah banyak yang mengenal dan memproduksi kerajinan ini. Umumnya, plastik-plastik yang akan dibuat menjadi tas, souvenir, atau dompet adalah plastik-plastik bekas bungkus kopi dan semacamnya. Plastik-plastik itu kemudian dibersihkan, dikeringkan, lalu dipilah sesuai produk kerajinan yang akan dibuat.

Begitu pun dengan kerajinan plastik milik Edy, bedanya pada motif. Pada kerajinan plastik buatan Edy, motif tas, souvenir, atau dompet dibentuk dari plastik-plastik bekas bungkus kopi tersebut. Setelah melalui beberapa fase, plastik-plastik itu kemudian dianyam sehingga menjadi motif-motif unik dan menarik.

Hasil kerajinan yang telah diproduksi, Edy jual lewat media sosial atau pada acara-acara expo. Per satu tas, bisa dihargai Rp100-200 ribu. Selain itu, Edy juga memfasilitasi pelatihan enterpreneur muda yang fokus di bidang lingkungan lewat GEO (Green Enterpreneur Organizer).

Meski begitu, sebenarnya bukan hanya harga jual yang tinggi dari usahanya itu. Namun bagi Edi, yang lebih penting adalah nilai pemberdayaan lingkungan, atau yang ia sebut SELUNDUP (Sedekah Lingkungan Hidup).

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, berwirausaha sudah sudah menjadi hal biasa bagi pria berkacamata ini.  Ketika itu, Edy berjualan stiker di sekolah. Semasa SMP, Edy juga berjualan kopi dan gorengan di sekolah. Sedangkan semasa SMA, ia pun pernah berjualan nasi uduk di kelas. Karena itu, saat lulus SMA ia didaulat sebagai siswa berprestasi bidang kewirausahaan.

Tak pernah terbayangkan dalam benak anak kelima dari enam bersaudara ini menjadi seorang wirausaha muda. Semasa SMA, dalam benak Edy hanya ingin melanjutkan kedunia kerja. Alasan utama tentu karena urusan finansial. Ditambah ia hidup bersama kelima saudaranya.

Mulanya, pasca Ujian Nasional (UN), ia hanya coba-coba ikut Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Edy mengaku, tak ada persiapan khusus untuk kelulusannya di SNMPTN. Bahkan, ketika teman-temannya tengah sibuk mempersiapkan SNMPTN itu, ia justru disibukkan dengan pekerjaannya.

“Pernah ikut SNMPTN, cuma karena saya enggak ikut bimbel, saya belajar ke temen saya yang ikut bimbel. Dengan modal itu, bismilah, saya pilih jurusan yang jarang dilirik mahasiswa lain, tapi masih prospek,” kenangnya. Tak disangka, ternyata ia diterima masuk UIN Jakarta.

Bersama kelima temannya, Eli, Nadya, Andis, Alfi, dan Imas , sudah banyak prestasi yang Edy peroleh. Pada 2012, ia menyabet juara di Bank Indonesia Green Entrepreneur. Di tahun yang sama, Edy juga menjadi juara Wirausaha Mapan yang diadakan pemkot DKI Jakarta. Juga sempat menjadi finalis di Social Entrepreneur Academy pada 2014.

Tak hanya penghargaan, produk yang Edy dan temen-temannya buat juga telah dipasarkan di dalam maupun di luar negeri. Pada 2013, setelah bersaing ketat dengan beberapa kampus ternama seperti ITB, IPB, UNJ, dan UI, kerajinan plastik Edy dan teman-temannya di bawa ke APEC Unthinkable Expo. Kemudian pernah dibawa ke ajang International Exhibition di Pakistan.

Meski banyak prestasi yang sudah ia peroleh, namun tak mudah bagi alumnus SMAN 1 Boedi Oetomo ini menjalani wirausahanya. Tak jarang ia mengalami kendala baik dari Sumber Daya Manusia (SDM) maupun finansial.

Pernah suatu ketika, uang senilai Rp5 juta yang ia peroleh dari hasil kerja kerasnya memenangi kompetisi wirausaha raib di bawa salah satu rekan bisnisnya ketika Edy mencoba berwirausaha ke produk makanan. Selain itu, sedikitnya anggota yang tergabung dalam komunitasnya juga menjadi kendala lain. “Secara teknik, kita masih butuh tenaga ahli juga,” ujarnya.

Berani mengambil risiko telah menjadi prinsip pria yang dulu pernah bercita-cita menjadi pemain bola ini. Menurutnya, tak ada usaha yang lebih baik kecuali hanya satu, yakni menjalaninya. “Jangan pernah takut untuk memulai usaha. Selalu haus akan pengetahuan,” katanya.

Edy Fajar Prasetyo merupakan mahasiswa Bidikmisi angkatan 2011, Jurusan Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta, yang telah menjuarai berbagai kompetisi wirausaha. Paling terakhir ia menjuarai kompetisi wirausaha yang diadakan oleh BI, yang kemudian mengantarkannya menjadi perwakilan mahasiswa dalam Expo Apec 2013 di Bali.  

Sumber: www.lpminstitut.com

Kamis, 19 Juni 2014

UIN Jakarta Kedatangan Tamu Dari Bandung

                Ma'had UIN Jakarta, FORMABI Online www.uinjkt.ac.id -
Pada tanggal 17 Juni 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kedatangan tamu dari UIN Sunan Gunung Jati Bandung yang berjumalh 120  mahasiswa dan mahasiswi dalam rangka study banding UIN Sunan Gunung Jati Bandung dari Banten ke Jakarta. Kedatangan mahasiswa dari UIN Bandung hanya berlangsung selama 4jam di Aula Ma’had Ali UIN Syarif Hidayatullah. Dalam acara tersebut juga hadir beberapa petinggi dari UIN Bandung dan UIN Jakarta diantaranya dari pihak UIN Jakarta sendiri yaitu Amellya Hidayat, Abdul Rozak dan dari pihak UIN Bandung yaitu kasubag UIN Bandung , bapak Asep Syaefurahman dan ketua bidikmisi angkatan 2013, Asep Jamaluddin.
            Selama acara berlangsung UIN Jakarta dan UIN Bandung saling bertukar pikiran dan berbagi informasi satu sama lain. Asep Jamalludin berkata, “teman-teman penerima bidikmisi adalah orang-orang pilihan yang bisa mendapatkan beasiswa bidikmisi ini”. Dan tak lupa kassubag UIN Sunan Gunung Jati Bandung menyampaikan informasi mengenai beasiswa baru yang diberikan oleh walikota Bandung, 200-500 orang berhak menerima beasiswa S1 dan 30orang yang berhak menerima beasiswa S2. Dan tak lupa Ibu Amellya Hidayat selaku pihak kemahasiswaan dari UIN Jakarta memberikan sedikit guyonan kepada mahasiswa nd mahasiswi yang hadir dalam acara tersebut, beliau juga berkata bahwa penerima beasiswa bidikmisi tidak hanya digratiskan membayar uang kuliah dan mendapat living cost tiap bulannya tapi di asrama para penerima beasiswa bidikmisi juga bisa mendapat keluarga baru, bisa belajar bersama dan bisa diajar oleh orang-orang besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan tak lupa pak Absul Rozak menyampaikan pesannya bagi seluruh mahasiswa untuk meningkatkan kualitas dan pengabdian kepada masyarakat dan jadilah orang yang bermanfaat bagi banyak orang dan mampu bersaing di dalam negeri maupun luar negeri.

            Pada pukul 17:30 acara ditutup dengan penyerahan cinderamata dari UIN Sunan Gunung Jati Bandung kepada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Lia'13)
 

Senin, 09 Juni 2014

REKTOR UIN JAKARTA BUKA SIMPOSIUM NASIONAL BIDIKMISI PTAIN se-Indonesia

Kampus II, Formabi Online—Senin, 9 Juni 2014 bertempat di Convention Hall Syahida Inn Kampus II, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuka secara langsung Simposium Nasional Bidikmisi PTAIN se-Indonesia. Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh Rektor, disusul oleh Prof. Dr. Moh. Matsna, MA dan Kabiro AAKK, Drs. Zaenal Arifin, M.Pd.I.

Acara pembukaan yang bertema besar “Menyiapkan Pemimpin Masa Depan, Meretas Batas Menggapai Impian” ini dimulai pukul 08.00 dan berjalan dengan lancar. Diawali dengan pembacaan kalam ilahi oleh Febri Budimantoro (mahasiswa Bidikmisi tahun 2013, juara I MTQ Nasional tahun 2013 di Semarang), dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne UIN. Kemudian welcoming speech dan pembukaan oleh Rektor.

Dalam sambutan sekaligus pidato keynote speechnya, Rektor menjelaskan bahwa sejatinya manusia memang berkompetisi dari sejak lahir. Beliau juga mengatakan bahwa pemimpin masa depan hendaklah meretas batas, yaitu batas-batas ideologi dan batas-batas moralitas. Selanjutnya, beliau juga berpesan agar mahasiswa selalu memperkaya hati, dan tidak memperkaya materi.

Acara dilanjutkan dengan performance mahasiswa Bidikmisi UIN Jakarta dengan lagu Berkibarlah Bendera Negeriku dan Maluku Tanah Pusaka. Lagu Maluku Tanah Pusaka dipersembahkan untuk mahasiswa dari Indonesia Timur yang tidak bisa hadir dalam acara Simposium Nasional ini.

Rencananya, kegiatan Simposium Nasional dan Rapat Tahunan Bidikmisi PTAIN se-Indonesia ini akan dilaksanakan sampai lima hari ke depan. (KU/FU)

Selasa, 13 Mei 2014

Ambassador 2014 : Ajang Pencarian Duta Bidikmisi UIN Jakarta

Aula SC, FORMABI ONLINE - www.uinjkt.ac.id
Hari Minggu (11/5) pukul 09:00 acara puncak pemilihan Ambassador Bidik Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diadakan di Aula Student Center (SC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebelumnya telah dilaksanakan tahap audisi dalam 2 sesi yaitu tanggal 08 Mei 2014 dan 09 Mei 2014 pada pukul 20:00 WIB di Ma’had Ali UIN Syarif Hidayatullah yang diikuti oleh 37 peserta yang merupakan mahasiswa dan mahasiswi penerima beasiswa Bidik Misi UIN Jakarta mulai dari tahun 2011-2013. Acara pemilihan Bidik Misi Ambassador UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bertujuan untuk memilih perwakilan Bidik Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta apabila ada acara-acara yang bersangkutan dengan Bidik Misi sekaligus akan diberikan pelatihan untuk pembibitan dosen UIN Syarif Hidayatullah. Tahap audisi pemilihan Bidik Misi Ambassador UIN Jakarta dihadiri oleh 3 Dewan Juri yaitu pak Adrian Mahardhani, kak Asmu’i, kak Yanti . Pertanyaan yang diberikan oleh para dewan juri seputar bidikmisi dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jawaban peserta audisi sangat beragam bahkan ada peserta yang menjawab pertanyaan dewan juri dengan berbahasa asing. Para peserta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dewan juri dengan waktu yang relatif singkat.
                Setelah melalui babak penyisihan saat audisi terpilihlah 5 mahasiswa dan 5 mahasiswi yang melaju ke semifinal yaitu Nursilam (2012), Muhaemin (2012), Eric (2013), Edy (2011), Faisal (2012), Anisa (2012), Tika (2012), Indah (2011), Rihlah (2012), Ela (2011). Pada babak semifinal yang diadakan pada Minggu, 11 Mei 2014 di aula Student Center (SC) Syarif Hidayatullah para peserta yang lolos diharuskan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan dan menampilkan bakat yang dimiliki kepada dewan juri dan penonton. Dewan juri yang hadir dalam babak semifinal yaitu bunda Nailil Huda, pak Adrian, pak Utob Thabrani. Berbagai bakat ditampilkan oleh para peserta mulai dari berpuisi, berbicara bahasa asing, dan bahkan menyanyikan lagu daerah Jawa berjudul “Sewu Kuto“ . Seisi ruangan pun tertawa terbahak-bahak mendengar lagu tersebut dinyanyikan, dikarenakan liriknya yang terkesan romantis dan ekspresi penyanyi yang membuat para penonton ingin terus tertawa melihatnya.  Selama penampilan para calon Ambassador, di bangku penonton terdengar sorak sorai penonton mendukung idolanya. Bahkan supporter peserta bernama Tika Yulianti membawa poster yang berukuran besar untuk mendukung Tika Yulianti. Untuk menghilangkan ketegangan para peserta, panitia menampilkan beberapa hiburan diantaranya dance dan beatbox, standup comedy, dan lantunan suara merdu Dede Tiara.
                Setelah melalui persaingan yang ketat terpilihlah 3 mahasiswa dan 3 mahasiswi yang akan melaju ke babak final. Mereka adalah Edy Fajar Prasetyo, Eric Hardiansyah, Faisal Abdurrahman, Anisa, Rihlah Noviyanti, Indah Khoiril Barriyah. Para finalis mengambil pertanyaan yang telah disediakan panitia di dalam gelas akuarium secara acak. Tidak hanya dengan menggunkaan bahasa Indonesia, ada juga pertanyaan yang disuguhkan dengan menggunakan bahasa asing baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris. Tidak hanya pemilihan Ambassador UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tetapi juga juara favorit. Dimana calon juara favorit itu adalah para peserta yang masuk ke babak semifinal. Pemilihan juara favorit berdasarkan pada jumlah like foto terbanyak yang telah di share di FB Forum Bidik Misi (Formabi) Uin Jakarta. Pembukaannya pada pukul 00:00 WIB dan berakhir pada pukul 13:00 WIB.

Dengan berbagai pertimbangan akhirnya dewan juri memilih Indah Khoiril Barriyah dan Edy Fajar Prasetyo sebagai Ambassador Bidik Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan pemenang juara favorit jatuh kepada Anisa dan Muhammad Faisal. Penyematan selempang Ambassador Bidik Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diberikan oleh pak Utob Thabrani dan bunda Nailil Huda kepada pemenang Ambassador Bidik Misi UIN Jakarta. Acara ditutup dengan do’a oleh Achmad Jalaludin pada pukul 14:00 WIB. Semoga Ambassador Bidik Misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bisa mengharumkan nama UIN Syarif Hidayatullah sampai ke seluruh penjuru dunia.(Riski"13)

Senin, 12 Mei 2014

Mahasiswa Bidikmisi UIN Jakarta Ikuti Sosialisasi Transparansi Beasiswa

Asrama Putri UIN Jakarta, FORMABI Online - www.uinjkt.ac.id
Mahasiswa Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013 berkesempatan silaturahmi bersama Bapak Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA pada Kamis, 1 Mei 2014 di Ma’had Putra UIN Syarif Hidayatullah. Dihadiri oleh mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi 2013, beberapa staf Kemahasiswaan, BPH Formabi dan BPH Ma’had Putra dan Putri. Dibuka dengan sambutan dari Ketua Formabi Rifqi Rif’an Fauzi dan Wakil Ketua Ma’had Putra Waskito Wibowo.
Setelah sambutan dari Ketua Formabi dan Wakil Ketua Ma’had Putra usai dilanjutkan oleh Pak Sudarnoto. Begitu banyak hal yang beliau sampaikan. Salah satunya adalah cerita mengenai perjalanan hidupnya. Mulai dari beliau kecil sampai beliau saat ini. Bagaimana perjalanan belajar beliau, ketika beliau pertama kali masuk pesantren, kemudian beliau menyampaikan cita-citanya yang ingin belajar ke luar negeri yang bukan berbahasa arab. Namun setelah lulus dari pesantren beliau kuliah di IAIN Syarif hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum. Beliau menyampaikan bahwa penerima Beasiswa Bidikmisi adalah orang-orang yang beruntung dan harus disyukuri karena dulu pada jaman beliau kuliah mendapatkan beasiswa itu hal yang sulit. Beliau harus bekerja sambil kuliah. Setelah lulus dari IAIN Syarif Hidayatullah beliau menjadi dosen di kampus tempatnya belajar. Kemudian ketika beliau menjadi dosen di IAIN beliau kuliah di Kanada melalui program pembibitan dosen yang diselenggarakan oleh Kemenag. Beliau juga menceritakan lika-liku kehidupannya di Kanada. Karena ketika beliau kuliah di Kanada beliau sudah memiliki istri dan tiga orang anak. Jadi beliau harus mengirim living cost-nya secara diam-diam kepada istrinya di Indonesia. Karena peraturan dari Pemerintah Kanada sendiri bahwa living cost atau dana beasiswa yang diberikan hanya boleh digunakan di Kanada dan untuk keperluan belajarnya. Dan masih banyak lagi yang beliau sampaikan.
Seusai bersilaturahmi bersama Pak Noto, dilanjut dengan penyampaian laporan keuangan oleh Kak Amelia Hidayat. Dan yang tak diduga adalah Kak Amel menyampaikan bahwa uang registrasi semester 1 akan diganti secara cash hari itu juga. Setelah shalat dzuhur mahasiswa penerima Bidikmisi 2013 dipanggil satu per satu untuk menandatangani SK dan diberi penggantian uang semester 1. Nominal yang diterima setiap mahasiswa berbeda-beda sesuai jurusannya atau sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan pada saat registrasi. Namun tidak semua mahasiswa mendapatkan uang pengganti biaya registrasi pada hari itu, dan mahasiswa yang tidak mendapat uang pengganti biaya registrasi pada hari itu diganti pada Selasa 6 Mei 2014. Merupakan sebuah rezeki yang tidak disangka-sangka pada hari itu. Syukur Alhamdulillah. (Mujahidah'13)


Rabu, 30 April 2014

Sir Azyumardi Azra, Orang UIN Yang Mendunia


Siapa tak kenal Prof. DR Azyumardi Azra sebagai mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta dan sekarang Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia merupakan salah seorang cendikiawan muslim Indonesia. Namun tak banyak diberitakan media Indonesia, Beliau dianugerahi gelar Commander of the Order of British Empire (CBE) oleh Ratu Elizabeth II dari Inggris Raya. CBE merupakan gelar kebangsawanan tertinggi kedua dalam hirarki monarki Inggris. Urutannya mulai dari gelar tertinggi adalah Knighthood of the Order of British Empire (KBE), CBE, Officer of the Order of British Empire (OBE), dan yang terendah: Member of the Order of British Empire (MBE). Dengan demikian, Azyumardi berhak mencantumkan gelar kebangsawanan 'Sir' di depan namanya ditambah 'CBE' di belakang namanya. 

Foto: Antara
Gelar tertinggi KBE diberikan pada para pahlawan Inggris. Prof Azyumardi dianugerahi gelar CBE karena dianggap memberi kontribusi dalam hubungan dan toleransi antar agama di dunia, terutama dalam hubungan antara Indonesia dengan Inggris. Legenda hidup sepakbola Inggris, David Beckham merupakan salah seorang yang dianugerahi gelar OBE, gelar kebangsawanan tertinggi ketiga. Yang lebih membangggakan, ia merupakan orang pertama dari negara non persemakmuran yang mendapatkan gelar ini. Selama ini gelar kebangsawanan Inggris hanya dianugerahkan pada warga negara Inggris dan negara-negara persemakmuran. Ia juga berhak hadir dalam berbagai acara kenegaraan dan kerajaan Inggris.

Di bidang akademis, Azyumardi Azra merupakan orang Asia tenggara pertama yang menjadi Professor Fellow di Universitas Melbourne (Australia) dan anggota Board of Trustees di International Islamic University Islamabad. Sekarang, selain menjadi narasumber berbagai acara diskusi on air maupun off air, ia menjabat Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah. Peraih gelar PhD dari Columbia University (Amerika Serikat) ini telah berpengalaman sebagai Professor tamu di berbagai universitas di luar negeri: mulai dari St. Anthony College (Inggris), University of Philippines (Filipina) hingga University Malaya (Malaysia). Sedangkan desertasinya diterbitkan secara simultan di Australia, Amerika Serikat, dan Belanda. 

Lahir di Lubuk Alung (Sumatera Barat), 4 Maret 1955, putra Azikar dengan Ramlah ini menikah dengan Ipah Farihah. Pasangan Azyumardi-Ipah dikaruniai 4 anak: Raushanfikri Usada, Firman El-Amny, Muhammad Subhan, dan Emily Sakinah. Di waktu senggangnya, Azyumardi gemar jogging dan nonton sepakbola. Keluarga Azyumardi tinggal di Perumahan Puri Laras II C-23, Pisangan Barat, Cirendeu Ciputat, Tangerang Selatan 15419.


Jumat, 25 April 2014

Generasi Yang Hilang

Artikel Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Selasa, 30 November 1999)
Jam terbang saya lumayan tinggi dalam memberikan workshop dan diskusi di lingkungan BUMN atau perusahaan swasta dengan topik kepemimpinan atau masalah kebangsaan. Dibandingkan dunia parpol ada kesan dan perbedaan mencolok dalam hal regenerasi kepemimpinan.
Di perbankan, misalnya, saya bertemu profesional muda dengan jabatan dan tanggung jawab besar. Mereka memiliki latar belakang pendidikan bagus, sebagian besar pernah studi di luar negeri, dan rekam jejak jenjang karier transparan. Ketika dipromosikan, yang menjadi pertimbangan pun jelas. Begitu pun ketika menduduki jabatan lebih tinggi, tugas dan target yang diemban juga memiliki ukuran jelas sehingga akhirnya mudah menilai seseorang itu gagal atau sukses. Banyak kolega saya yang umurnya belum mencapai 45 tahun sudah memiliki posisi amat strategis dan bertanggung jawab mengelola dana ratusan triliun.
Belum lagi mereka yang bergerak di dunia bisnis. Kompetensi dan kemampuan komunikasinya sangat mengesankan, termasuk dengan mitra-mitra asing. Namun, suasana ini sulit saya temukan di dunia politik dan parpol. Di sana terjadi kemandekan kaderisasi dan proses rekrutmennya kurang didukung oleh rekam jejak pendidikan dan prestasi yang bagus di masa lalu. Suasana di lingkungan parpol dan LSM agak mirip. Siapa yang aktif yang akan lebih berpeluang naik.
Jadi, aktivisme lebih menonjol, dan idealnya didukung oleh intelektualisme. Tergolong sedikit jumlahnya mereka yang termasuk aktivis politik sekaligus intelektual yang berkarakter. Jika kita amati, terdapat indikasi hilangnya sebuah generasi. Ada mata rantai generasi emas anak bangsa yang hilang dalam rekrutmen politik. Fenomena ini akan mudah dilihat jika kita bandingkan dengan regenerasi di dunia bisnis, dunia kampus, dan kalangan profesional. Semula dengan hadirnya era reformasi dan multipartai kita berharap akan bermunculan kader-kader muda calon negarawan melalui jalur kepartaian.
Kita sempat optimistis dengan masuknya para aktivis kampus dan tokohtokoh gerakan mahasiswa bergabung ke parpol serta duduk di kursi DPR. Ada juga aktivis muda yang berkiprah di daerah. Namun, bersama berjalannya waktu, optimisme itu memudar. Tentu saja masih ada beberapa politisi muda yang bertahan di jalan yang lurus. Namun kesan dan persepsi masyarakat yang lebih menonjol mereka sangat kecewa bahwa para politisi muda itu pada berguguran di tengah jalan. Sangat rapuh ketika dihadapkan pada godaan materi. Mereka seakan mabuk dengan jabatan barunya, popularitas, dan fasilitas.
Padahal, masyarakat, tetangga rumahnya, dan teman sekolahnya masih ingat dan menjadi saksi bagaimana kehidupan ekonomi sebelum dan sesudah bergabung ke parpol. Perubahannya sangat drastis. Sulit dicerna nalar awam, dari mana asal-usul kekayaan yang tibatiba mencolok, dari mana mobil dan rumahnya yang mewah, dan gaya hidup keluarga yang berubah. Karenanya, masyarakat tidak kaget, bahkan mungkin ada yang senang, ketika banyak politisi dan pejabat publik yang akhirnya berurusan dengan KPK dan penjara.
Hal yang sangat menyedihkan, mereka itulah yang semula diharapkan menjadi wakil generasi muda bangsa yang akan mengganti generasi senior sebelumnya. Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah yang muda tidak tahan godaan dan kagetan, ataukah yang tua tidak membimbing dan melindungi terhadap kader-kadernya? Lebih memilukan lagi andaikan yang terjadi adalah sebuah konspirasi dan koalisi busuk dan murahan antara yang tua dan muda untuk menjarah uang dan fasilitas negara hanya untuk memenuhi selera dan tuntutan gaya hidup hedonis.
Kemuliaan politik menjadi rusak. Politik yang awalnya bertujuan menyelenggarakan pemerintahan untuk melayani, mencerdaskan dan menyejahterakan rakyat, dibajak hanya untuk menyejahterakan kelompok. Ini sebuah pengkhianatan yang lebih keji dari penjajahan bangsa asing di masa lampau. Hilangnya sebuah generasi itu sangat berdampak jauh bagi masa depan bangsa. Ibarat hutan jati yang ditebang namun tidak disiapkan generasi pohon yang muda sebagai penggantinya, maka hutan itu akan mengalami kerusakan panjang dengan berbagai dampaknya.
Demikianlah, panggung politik ini semakin heboh, seru, mahal ongkosnya, namun miskin kader dan bintang-bintang calon negarawan yang diharapkan oleh masyarakat yang telah dahaga untuk maju dan bangkit. Suasana ini akan terasa berbeda ketika kita masuk di kalangan profesional. Di sana kita tidak sulit menemui anak-anak muda yang cerdas, gesit, dan mitra serta jaringan kerjanya lintas bangsa. Hanya saja, dikhawatirkan jangan sampai para profesional muda itu kurang memahami dan mencintai bangsa dan rakyatnya. Ini merupakan gejala yang mesti kita perhatikan dengan saksama, karena mereka merasa kurang tertarik dengan panggung politik, yang memang kurang menarik ditonton dan ditiru

Selasa, 15 April 2014

Ta'aruf Bidikmisi 2013

 Ma'had UIN Jakarta, FORMABI ONLINE - www.uinjkt.ac.id
Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI) sebagai organisasi yang menampung segenap mahasiswa penerima bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sudah barang tentu setiap tahunnya bertambah anggotanya. Anggota baru penerima bidikmisi ini sebagian besar belum akrab bahkan ada pula yang belum kenal. Hal ini yang mendorong kepengurusan FORMABI untuk mengadakan kegiatan Ta’aruf  bidikmisi.
Kegiatan ta’aruf bidikmisi angkatan 2013 ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 28 maret 2014. Bertempat di taman marga satwa ragunan, dengan mengusung tema “Mengukir Cinta dalam Dekapan Saudara” Kegiatan ini dipanitiai oleh mahasiswa bidikmisi angkatan 2013 sendiri. Kegiatan dari kita, oleh kita, dan untuk kita. kepitiaan yang dikomandani oleh Nur Muhammad Iskandar ini telah dibentuk dua bulan sebelum acara, yakni sebelum liburan semester awal, dan baru bisa terlaksana tanggal  28 maret.
Agenda awal ta’aruf bidikmisi angkatan 2013 ini dimulai dengan registrasi ulang, pada pukul 07:00 teman-teman sudah berkumpul di gedung FITK dan berangkat menuju ragunan seperti dalam jadwal, tetapi karena beberapa kendala rombongan baru bisa berangkat pada pukul 08:00 dengan menaiki tiga bus kopaja AC, dan sampai di ragunan pukul 09:00. Sesampainya di ragunan acara selanjutnya adalah opening ceremony, pembukaan dilaksanakan pukul 09:30. Kemudian dilanjutkan dengan acara pembagian kelompok dan mentoring oleh kakak pendamping masing-masing kelompok. Setelah mentoring peserta diberi waktu istirahat untuk makan bersama dan solat dhuhur.  Sebelum melaksanakan solat para peserta dikumpulkan karena kita kedatangan bapak Abdur Rozak A. Sastra M.A. beserta Istrinya, beliau menyampaikan sambutan sepatah dua patah kata dan motivasi untuk kita.
Panas matahari yang biasanya menyengat Jakarta, siang itu tertutup oleh mendung sehingga tidak terlalu panas.  Setelah solat peserta dikumpulkan untuk beradu yel-yel dan kekompakan tiap kelompok. Ada sepuluh kelompok yang berkompetisi dalam acara tersebut. Acara sempat terhambat karena turun hujan tetapi setelah hujan reda acara bisa dilanjutkan dan semangat  teman-teman peserta ta’aruf  tidak kendor. Kita ditantang untuk main game. Ada empat pos yang harus dilalui setiap kelompok dan dalam tiap pos terdapat dua games. Teman-teman sangat semangat untuk bermain meskipun di tempat yang berlumpur sekalipun.

Acara di ragunan diakhiri pukul 17:00 dan kami pun bergegas pulang. Karena agenda acara belum selesai jadi acara dilanjutkan di lobi FITK, setelah solat maghrib  acara selanjutnya yaitu tukar kado dan penutupan. Sebelum penutupan di umumkan kelompok tergiat dalam kegiatan sehari penuh itu. Sebagai bentuk apresiasi dan penyemangat teman-teman sekalian. Kegiatan ta’aruf bidikmisi angkatan 2013 ini sukses dan selesai pada pukul 19:00. Diakhiri dengan mushofahah bersalam-salaman seluruh peserta panitia dan senior.  Sangat mengesankan bisa saling mengenal dan bercanda gurau dengan teman-teman semua. Suatu momentum yang tidak akan terlupakan di memory semua peserta dan panitia.

Sabtu, 22 Maret 2014

Moshi moshi Japan

Ma'had UIN Jakarta, FORMABI ONLINE - www.uinjkt.ac.id
Satu lagi prestasi yang ditorehkan mahasiswa bidikmisi UIN Jakarta, Epin Kurniasih, mahasiswi Fakultas Ushuluddin ini berhasil berangkat ke Jepang dalam program pertukaran Jenesys 2.0 pada februari lalu. Jenesys itu sendiri merupakan program pertukaran pelajar yang diselenggarakan pemerintah Jepang yang kali ini bekerjasama dengan PPIM UIN. Program ini bertujuan untuk mengenalkan budaya, peninggalan sejarah dan warisan Negara Jepang untuk di promosikan ke Negara-negara Asean termasuk Indonesia. Epin terpilih sebagai salah satu dari 96 Mahasiswa seluruh Indonesia yang berangkat Jepang, sebelumnya, ke 96 peserta telah melewati beberapa tahap seleksi yakni seleksi berkas dan wawancara karena total pelamar program ini mencapai 5000 orang. Program yang bertemakan culture, heritage and art ini diikuti oleh mahasiswa dari kampus umum seperti UI, UGM, ITB serta kampus Islam seperti UIN Jogja, UIN Malang, UIN Bandung ,IAIN Walisongo dan tentunya UIN Jakarta.
Menurut Epin, keberhasilannya terpilih pada program jenesys 2.0 adalah karena kerapihan dan kelengkapan berkas pendaftarannya dan juga wawasannya tentang Islam dan budaya Jepang saat sesi wawancara. Epin dan peserta yang lain kemudian berangkat ke Jepang pada tanggal 23 Februari 2014. Sampai di Narita International Airport, udara dingin Tokyo di pagihari menyambut rombongan dimana suhu saat itu mencapai 6oC. Rombongan berada 2 hari di ibukota Jepang tersebut untuk kemudian dibagi kedalam 4 kelompok yang akan dikirim ke provinsi yang berbeda. Epin mendapat penempatan di Osaka yang mana Osaka merupakan kota terbesar kedua di Jepang dan merupakan pusat otomotif di negeri matahari terbit itu. Perjalanan dari Tokyo ke Osaka dilalui Epin dan rombongan dengan naik Shinkansen yang merupakan kereta api tercepat di Jepang, bahkan di dunia. Epin menggambarkan jarak antara Tokyo – Osaka seperti Jakarta – Surabaya yang jika ditempuh oleh kereta di Indonesia bisa memakan waktu 16 Jam namun Shinkansen ini menempuhnya selama 90 Menit. Dalam perjalanannya, kereta ini melewati tempat-tempat dengan pemandangan yang indah termasuk gunung Fuji. Epin juga mengunjungi museum-museum di Jepang, universitas di jepang dan juga perusahaan-perusahaan yang ada di jepang. Selain itu dia juga merasakan upacara minum teh khas Jepang.
Selama di Osaka, Epin ditempatkan di homestay bersama keluarga Yoko-san. Pengalaman beberapa hari tinggal bersama keluarga Jepang memberikan pengalaman yang tak terlupakan baginya. Bahasa bukan jadi kendala Epin dan keluarga Yoko-san dalam berkomunikasi. Epin kemudian diajak ke kuil tempat mereka beribadah, di ajak untuk bermain baseball, lalu melukis kaligrafi Jepang dan yang mengesankan adalah memakai kimono asli Jepang yang ternyata harganya jutaan rupiah. Status  Epin sebagai seorang muslim pun tidak dipermasalahkan karena masyarakat Jepang sangat toleran terhadap perbedaan, Epin yang selalu mengenakan kerudung awalnya dikira kedinginan oleh keluarga Yoko-san namun kemudian dia menjelaskan bahwa kerudung adalah kewajiban untuk muslim wanita. Epin juga bercerita tentang ibadah yang dilakukan oleh orang Islam itu seperti apa. Selama di Jepang, Epin telah merasakan beberapa masakan khas Jepang seperti takoyaki, tempura dan juga makanan dari berbagai negara di Asia Tenggara. Perjalanan Epin di Jepang merupakan pengalaman yang sangat berharga, dia sangat kagum dengan budaya Jepang seperti kerja keras, rasa peduli dan toleransi serta disiplin. Ada yang menarik tentang disiplinnya orang Jepang, sewaktu Epin berada di Tokyo dan Osaka dia mengamati bahwa ketika naik eskalator ada satu sisi eskalator yang dikosongkan yang ternyata sisi eskalator yang dikosongkan itu diperuntukkan untuk orang yang sedang buru-buru. 10 Hari telah dilalui Epin dan rombongan Jenesys dari Indonesia, mereka kemudian kembali ke tanah air dengan membawa pengalaman baru, persahabatan lintas negara, kisah yang menarik untuk dibagi dan tentunya foto-foto yang siap untuk di upload :D.(Yaqin"12/FST)

Rabu, 19 Maret 2014

Berbakti di Bumi Pertiwi

Subang-Jawa Barat,FORMABI ONLINE - www.uinjkt.ac.id 
Pada liburan semester ganjil lalu,mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi UIN Jakarta yang tergabung dalam FORMABI mengadakan JBF ( Jejak Bakti Formabi ) yang merupakan sebuah acara bakti sosial. Berangkat dari rasa kepedulian dan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, kegiatan JBF dilaksanakan di Kabupaten Subang tepatnya di desa Mayang. Lebih dari 50 kawan-kawan formabi dari berbagai macam jurusan berangkat menuju Subang pada hari Senin, 20 Januari 2014 yang dilepas langsung oleh wakil rektor bidang kemahasiswaan Bapak DR. Sudarnoto Abdul Hakim, MA. Rombongan kemudian di terima dengan hangat oleh kepala DPRD Kabupaten Subang di kantornya sebelum kemudian melanjutkan perjalanan.
Sampai di desa Mayang, kawan-kawan formabi siap untuk terjun langsung ke masyarakat desa Mayang  guna melaksanakan rangkaian kegiatan selama 6 hari. Dimulai dengan acara pembukaan JBF pada hari selasa yang dihadiri oleh kepala desa Mayang dan perwakilan dari UIN Jakarta yakni bapak Abdul Rozak A Sastra, MA. Acara pembukaan ini dilaksanakan di GOR desa sekaligus menandakan berjalannya rangkaian kegiatan JBF. Berbagai acara kemudian digelar seperti tutorial seni dan dakwah yang mana para santri di Pesantren Irsyadul Mubtadi’in diberikan pelatihan mengenai dakwah, tutorial hijab fashion dan juga latihan marawis, kegiatan ini dilakukan selama 4 hari dan mendapat antusias baik dari santri di pesantren tersebut.

Selain tutorial seni dan dakwah, kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengajar langsung anak-anak sekolah mulai dari PAUD, TK, dan SD yang ada dilingkungan desa Mayang. Acara mengajar ini juga merupakan suatu bentuk pengamalan ilmu yang telah kawan-kawan formabi dapatkan sehingga ilmunya bisa menjadi ilmu yang bermanfaat. Selain itu, beberapa kegiatan juga sukses diselenggarakan seperti tabligh akbar dan juga bakti lingkungan yang mana kawan-kawan formabi membentuk perpustakaan di pesantren Irsyadul Mubtadi’in, mengecat, membersihkan lingkungan dan memasang petunjuk jalan. Pada Jumat malam, rangkaian kegiatan JBF ditutup yang menandakan berakhirnya acara. Kemudian kawan-kawan formabi kembali ke Jakarta pada sabtu, 25 Januari 2014 dengan membawa banyak pengalaman dan ilmu baru yang mereka dapatkan. Kini, setelah berminggu-minggu, jejak-jejak pengabdian formabi tetap terjaga melalui silaturahmi rutin dengan teman-teman di desa Mayang melalui jaringan komunikasi dan internet. Menatap kedepan, semoga kawan-kawan formabi dapat terus meninggalkan jejak-jejak kebaikan dalam hidupnya. (Yaqin'12/FST)     

Jumat, 17 Januari 2014

Bidikmisi UIN Jakarta Terkena 'Virus' GKN

www.uinjkt.ac.id 
Istora Senayan Jakarta, Formabi Online- Hari Rabu kemarin (15/01) mahasiswa bidikmisi UIN Jakarta mendapatkan sebuah kesempatan berharga untuk ikut serta dalam gerakan kewirausahaan nasional (GKN) 2014. Sebanyak 50 orang penerima bidikmisi berkesempatan untuk hadir dalam acara pembukaan dan workshop kewirausahaan di Istora Senayan Jakarta. Gerakan kewirausahaan itu sendiri merupakan agenda tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dan tahun ini bekerjasama dengan Bank Mandiri.

Acara yang mengangkat tema "spirit of women entrepreneurship'' ini dibuka oleh laporan yang disampaikan oleh Bapak Budi G Sadikin selaku direktur utama bank mandiri. Menurutnya, tema tersebut layak untuk diangkat karena wanita Indonesia berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi negara ini. Maksud diadakannya kegiatan ini adalah untuk menyiapkan generasi Indonesia yang siap menghadapi Asean Economy Community 2015 dengan mencetak wirausaha - wirausaha yang tangguh dibidangnya.

Kemudian, bapak Syarif Hasan selaku Menteri Koperasi dan UKM turut senang karena agenda tahunan ini dapat dilaksanakan diawal tahun ini. Beliau juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil yakni 6% pertahun yang menjadikan negara ini sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor 15 di dunia dan terbesar di asean. Indonesia juga menjadi satu-satunya negara di asean yang terdaftar sebagai peserta G-20. Hal ini tentu sangat mengesankan namun yang disayangkan, pertumbuhan ekonomi negara Indonesia tidak diiringi oleh pertumbuhan wirausahanya. Hanya 1,6 % penduduk Indonesia yang berprofesi sebagai wirausaha. Angka tersebut sangatlah kecil mengingat persentase minimum sebuah negara dikatakan maju adalah 2% masyarakatnya berwirausaha. Untuk itu, acara ini diharapkan mampu menularkan 'virus' berwirausaha terutama bagi mahasiswa - mahasiswa agar nanti menjadikan profesi ini sebagai pilihan karir utama.

GKN kali ini diisi dengan peresmian Inkubator Bisnis Mandiri oleh dirut bank mandiri dan menteri koperasi dan UKM . Program ini bertujuan untuk mengembangkan wirausaha pemula yang ada untuk kemudian mereka dibimbing oleh pengusaha-pengusaha yang telah sukses dibidangnya. Acara dilanjutkan dengan pengumuman pemenang lomba wirausaha muda mandiri (WMM) dan mandiri young technopreneur (MYT). Berbagai kategori dan jenis bidang usaha meramaikan lomba ini mulai dari industri kreatif, IT, bioteknologi, online shop, dll. Pemenang utama lomba ini mendapatkan uang pembinaan sebesar 50 juta rupiah. 

Turut hadir dalam acara ini Presiden Republik Indonesia bapak Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Negara ibu Ani Yudhoyono. Dalam pidatonya, pak SBY menegaskan bahwa pengusaha muda Indonesia adalah para calon pemimpin bisnis dunia dan mereka yang akan memimpin bangsa ini. Presiden juga mengatakan bahwa seorang wirausaha adalah pahlawan, yakni pahlawan bisnis, pahlawan ekonomi dan pahlawan pembangunan bangsa. Kemudian beliau menyampaikan bahwa tongkat estafet kepemimpinannya akan berakhir tahun ini dan beliau menyampaikan pesan kepada 8000 peserta yang hadir saat itu untuk tetap melanjutkan cita-cita bangsa . "Jangan tergoda untuk sesuatu yang tidak benar, jangan ambil jalan cepat,jalan pintas itu sama saja tidak ada usahanya. Teruslah berjuang dan gigih dalam berkarya untuk negeri ini " pesan pak SBY sekaligus menutup pidatonya.



Pameran bisnis dan stand wirausaha muda mandiri turut memeriahkan Istora Senayan hari itu. Berbagai barang dan jasa ditawarkan oleh pengusaha - pengusaha muda binaan bank mandiri, mulai dari batik, sepeda, budidaya ikan, hingga alat penambal ban.

Selepas zuhur, peserta yang berasal dari 52 universitas se-Jabodetabek mengikuti workshop kewirausahaan dengan pemateri tokoh - tokoh wirausahawan dan wirausahawati tingkat nasional maupun internasional. Workshop ini turut berkontribusi dalam menularkan 'virus' berwirausaha untuk mahasiswa bidikmisi UIN Jakarta. Acara ini juga dihibur oleh artis-artis ternama Indonesia seperti Andien, Rio Febrian, dan band Kotak. Menariknya, di akhir acara ada pembagian doorprize untuk 19 pemenang. Hadiah yang ditawarkan pun menggiurkan mulai dari e-Money senilai 500 ribu hingga gadget-gadget keren seperti lenovo, iPhone 4 dan samsung galaxy note 3. Seorang mahasiswi UIN Jakarta beruntung karena dia berhasil mendapatkan satu buah iPhone 4 white series.

Selama lebih dari 10 jam, mahasiswa bidikmisi UIN Jakarta mengikti rangkaian acara GKN 2014 ini. Semoga 'virus' berwirausaha tidak hanya mewabah beberapa hari saja pasca acara namun teman-teman bidikmisi dapat menjadikan wirausaha sebagai pilihan karir utamanya kelak. (Ainul"12/FST) 








Rabu, 15 Januari 2014

Formabi Sukses Menjalankan Musyawarah Kerja

www.uinjkt.ac.id Ex-kantin Ma'had UIN Jakarta, Formabi Online -
Hari ini (14/01) mahasiswa bidikmisi UIN Jakarta yang tergabung dalam kepengurusan formabi tahun 2014 telah menjalani musyawarah kerja (musyker). Pelaksanaan musyker ini mengalami penundaan selama 10 hari dikarenakan berbagai hal namun  itu tidak menyurutkan semangat pengurus formabi untuk tetap hadir pada musyker kali ini. Sebanyak 28 orang pengurus turut serta dalam agenda formabi kali ini meskipun saat ini sedang berlangsung libur semester ganjil.

Kegiatan yang berlangsung selama 7 jam ini dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh bapak Abdul Rozak A. Sastra, MA selaku dewan penasehat formabi. Kemudian beliau membawakan sedikit materi tentang hakikat mengapa manusia diciptakan oleh Allah SWT. Hadirnya beliau dalam acara musyker ini sebagai bukti bahwa pihak Kemahasiswaan mendukung kegiatan-kegiatan formabi yang bersifat positif.

Bertempat di ex-kantin ma'had uin jakarta,acara ini turut dihadiri oleh saudara Asmui sebagai perwakilan bidikmisi 2010 dan saudari Lilis selaku perwakilan pengurus demisioner. Musyker dilanjutkan dengan penyampaian program-program kerja oleh tiap departemen. Saat ini,formabi memiliki 6 bidang departemen yang bergerak menaungi bidang keahliannya. Ketika istirahat berlangsung,seluruh pengurus formabi makan siang bersama guna meningkatkan kebersamaan sesama pengurus formabi.

Musyawarah kerja ini mengangkat tema ' mewujudkan forum mahasiswa bidikmisi yang produktif dengan program-program yang berkualitas ' . Acara selesai pada jam 4 sore dan ditutup dengan pembacaan do'a yang di bawakan oleh saudara Muhaimin. Kemudian,Rifqi Rif'an Fauzi sebagai ketua umum formabi berharap agar program kerja yang telah disusun oleh segenap pengurus dapat terlaksana dengan baik Diakhir acara,segenap pengurus fromabi mengadakan sesi foto bersama. (Ainul'12/FST)


                                                   foto bersama pengurus formabi tahun 2014


Sabtu, 04 Januari 2014

PRAMUSYKER & PERSIAPAN JBF

Ex-kantin Ma'had UIN Jakarta,FORMABI Online - Sabtu kemarin (4/01) Pengurus FORMABI masa bakti 2013 - 2014 telah melaksanakan pramusyker atau pra-musyawarah kerja yang dilaksanakan di ex-kantin Ma'had UIN jakarta.Acara tersebut berlangsung dari pukul 11.00 hingga 15.30 WIB dan dihadiri oleh seluruh BPH (Badan Pengurus Harian) FORMABI serta koordinator departemen beserta anggota-anggotanya.

Pramusyker tersebut membahas tentang program-program yang rencananya akan dilaksanakan pada kepengurusan FORMABI tahun ini.Tiap-tiap departemen memaparkan gambaran umum tentang program mereka sebelum nantinya program tersebut akan disahkan dalam Raker FORMABI yang insya Allah akan dilaksanakan pada hari Selasa,14 Januari 2014 nanti.

Ada yang menarik dari pemaparan yang disampaikan oleh saudari Zuya dari departemen kesejahteraan mahasiswa tentang rencana pembuatan batik seragam bagi seluruh anggota FORMABI.Batik tersebut memang diperlukan sebagai identitas anggota dan juga sebagai seragam pada saat acara-acara FORMABI berlangsung.



Beberapa jam setelah pramusyker selesai,rapat membahas tentang kesiapan acara JBF (Jejak Bakti Formabi) 2014 dilaksanakan di aula Aspi.Rapat yang di moderatori oleh saudara Ahmad Soleh tersebut membahas tentang keperluan tiap-tiap divisi selama acara JBF nanti dan juga penyampaian susunan acara selama di desa Mayang.Acara JBF ini akan dilaksanakan selama 6 hari yakni dari tanggal 20 - 25 Januari 2014 di desa Mayang kecamatan Cisalak kabupaten Subang,Jawa Barat. (Ainul'12/FST)