Oleh: Khoirul Umam/choir934@gmail.com, FUF, BM 2011
Pernah dimuat di Kompasiana, dibaca oleh 430 pembaca.
Ada cerita menarik
sekaligus penting untuk kita ketahui, tentang sosok hebat Imam Khomeini, tokoh
revolusi Iran, mengenai toleransi keberagamaan.
Sekitar
masa-masa sebelum revolusi Iran 1979, terjadi pengasingan kepada tokoh besar
Iran –Imam Khomeini. Imam diasingkan di Prancis dalam beberapa tahun. Ia hidup
berdampingan dengan damai bersama-sama penduduk asli yang semuanya adalah
pemeluk kristen. Tapi, bagi Imam, kristen atau apapun agamanya tidaklah
penting, yang pasti adalah berdampingan dan menjalin harmonisasi.
Imam begitu
biijak bergaul dengan mereka, tak tanggung-tangggung, si Imam selalu menyiapkan
hadiah dan bunga untuk tetangga-tetangganya yang kristen terebut. Setiap kali
ada perayaan keagamaan, Imam mengunjungi satu-persatu rumah para tetangganya,
serta membagi-bagikan hadiah dan bunga sembari mengucap “Selamat merayakan hari
natal,” selamat merayakan hari paskah” dan sebagainya. Sehingga membuat kagum
para tetangganya.
Hingga berjalan
beberapa tahun, saatnya-lah Imam beranjak meninggalkan Prancis untuk kembali ke
Iran. Dan yang tak disangka-sangka, respon para tetangga tersebut sangat besar.
Mereka berharap kepada Imam agar tidak meninggalkan kampung itu. Itu harapan
mereka. Dan yang lebih mengherankan, mereka mengatakan “Hai Imam, janganlah
engkau meninggalkan kami. Kami telah mendapatkan berkah lantaran engkau Imam.”
Begitu
mengagumkan, umat beda agama mengharap agar si Imam menetap hidup bersama
dengan mereka. Apa yang menyebabkan hal tersebut? Tidak lain adalah sikap
toleransi Imam. Sikap toleransi itulah yang menjadikan kekaguman para tetangga
kepada Imam. Penghormatan Imam terhadap umat beda agama menjadikan ia dicintai
oleh umat beda agama. Lantas, akankah masih ada cerita-cerita seperti cerita
Imam ini yang akan kita dengar di masa depan?