BECOME A WORLD CLASS UNIVERSITY

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beranjak menuju universitas kelas dunia. Welcome to the world community.

Berprikir Kreatif

Untuk memecahkan problem social.

Berpretasi

Sebagai agen of change, mahasiswa bidikmisi harus berprestasi dalam segala bidang.

Indonesia Jaya

Yang muda yang berkarya.

Indonesia Jaya

Yang muda yang berkarya.

Sabtu, 22 Maret 2014

Moshi moshi Japan

Ma'had UIN Jakarta, FORMABI ONLINE - www.uinjkt.ac.id
Satu lagi prestasi yang ditorehkan mahasiswa bidikmisi UIN Jakarta, Epin Kurniasih, mahasiswi Fakultas Ushuluddin ini berhasil berangkat ke Jepang dalam program pertukaran Jenesys 2.0 pada februari lalu. Jenesys itu sendiri merupakan program pertukaran pelajar yang diselenggarakan pemerintah Jepang yang kali ini bekerjasama dengan PPIM UIN. Program ini bertujuan untuk mengenalkan budaya, peninggalan sejarah dan warisan Negara Jepang untuk di promosikan ke Negara-negara Asean termasuk Indonesia. Epin terpilih sebagai salah satu dari 96 Mahasiswa seluruh Indonesia yang berangkat Jepang, sebelumnya, ke 96 peserta telah melewati beberapa tahap seleksi yakni seleksi berkas dan wawancara karena total pelamar program ini mencapai 5000 orang. Program yang bertemakan culture, heritage and art ini diikuti oleh mahasiswa dari kampus umum seperti UI, UGM, ITB serta kampus Islam seperti UIN Jogja, UIN Malang, UIN Bandung ,IAIN Walisongo dan tentunya UIN Jakarta.
Menurut Epin, keberhasilannya terpilih pada program jenesys 2.0 adalah karena kerapihan dan kelengkapan berkas pendaftarannya dan juga wawasannya tentang Islam dan budaya Jepang saat sesi wawancara. Epin dan peserta yang lain kemudian berangkat ke Jepang pada tanggal 23 Februari 2014. Sampai di Narita International Airport, udara dingin Tokyo di pagihari menyambut rombongan dimana suhu saat itu mencapai 6oC. Rombongan berada 2 hari di ibukota Jepang tersebut untuk kemudian dibagi kedalam 4 kelompok yang akan dikirim ke provinsi yang berbeda. Epin mendapat penempatan di Osaka yang mana Osaka merupakan kota terbesar kedua di Jepang dan merupakan pusat otomotif di negeri matahari terbit itu. Perjalanan dari Tokyo ke Osaka dilalui Epin dan rombongan dengan naik Shinkansen yang merupakan kereta api tercepat di Jepang, bahkan di dunia. Epin menggambarkan jarak antara Tokyo – Osaka seperti Jakarta – Surabaya yang jika ditempuh oleh kereta di Indonesia bisa memakan waktu 16 Jam namun Shinkansen ini menempuhnya selama 90 Menit. Dalam perjalanannya, kereta ini melewati tempat-tempat dengan pemandangan yang indah termasuk gunung Fuji. Epin juga mengunjungi museum-museum di Jepang, universitas di jepang dan juga perusahaan-perusahaan yang ada di jepang. Selain itu dia juga merasakan upacara minum teh khas Jepang.
Selama di Osaka, Epin ditempatkan di homestay bersama keluarga Yoko-san. Pengalaman beberapa hari tinggal bersama keluarga Jepang memberikan pengalaman yang tak terlupakan baginya. Bahasa bukan jadi kendala Epin dan keluarga Yoko-san dalam berkomunikasi. Epin kemudian diajak ke kuil tempat mereka beribadah, di ajak untuk bermain baseball, lalu melukis kaligrafi Jepang dan yang mengesankan adalah memakai kimono asli Jepang yang ternyata harganya jutaan rupiah. Status  Epin sebagai seorang muslim pun tidak dipermasalahkan karena masyarakat Jepang sangat toleran terhadap perbedaan, Epin yang selalu mengenakan kerudung awalnya dikira kedinginan oleh keluarga Yoko-san namun kemudian dia menjelaskan bahwa kerudung adalah kewajiban untuk muslim wanita. Epin juga bercerita tentang ibadah yang dilakukan oleh orang Islam itu seperti apa. Selama di Jepang, Epin telah merasakan beberapa masakan khas Jepang seperti takoyaki, tempura dan juga makanan dari berbagai negara di Asia Tenggara. Perjalanan Epin di Jepang merupakan pengalaman yang sangat berharga, dia sangat kagum dengan budaya Jepang seperti kerja keras, rasa peduli dan toleransi serta disiplin. Ada yang menarik tentang disiplinnya orang Jepang, sewaktu Epin berada di Tokyo dan Osaka dia mengamati bahwa ketika naik eskalator ada satu sisi eskalator yang dikosongkan yang ternyata sisi eskalator yang dikosongkan itu diperuntukkan untuk orang yang sedang buru-buru. 10 Hari telah dilalui Epin dan rombongan Jenesys dari Indonesia, mereka kemudian kembali ke tanah air dengan membawa pengalaman baru, persahabatan lintas negara, kisah yang menarik untuk dibagi dan tentunya foto-foto yang siap untuk di upload :D.(Yaqin"12/FST)

Rabu, 19 Maret 2014

Berbakti di Bumi Pertiwi

Subang-Jawa Barat,FORMABI ONLINE - www.uinjkt.ac.id 
Pada liburan semester ganjil lalu,mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi UIN Jakarta yang tergabung dalam FORMABI mengadakan JBF ( Jejak Bakti Formabi ) yang merupakan sebuah acara bakti sosial. Berangkat dari rasa kepedulian dan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, kegiatan JBF dilaksanakan di Kabupaten Subang tepatnya di desa Mayang. Lebih dari 50 kawan-kawan formabi dari berbagai macam jurusan berangkat menuju Subang pada hari Senin, 20 Januari 2014 yang dilepas langsung oleh wakil rektor bidang kemahasiswaan Bapak DR. Sudarnoto Abdul Hakim, MA. Rombongan kemudian di terima dengan hangat oleh kepala DPRD Kabupaten Subang di kantornya sebelum kemudian melanjutkan perjalanan.
Sampai di desa Mayang, kawan-kawan formabi siap untuk terjun langsung ke masyarakat desa Mayang  guna melaksanakan rangkaian kegiatan selama 6 hari. Dimulai dengan acara pembukaan JBF pada hari selasa yang dihadiri oleh kepala desa Mayang dan perwakilan dari UIN Jakarta yakni bapak Abdul Rozak A Sastra, MA. Acara pembukaan ini dilaksanakan di GOR desa sekaligus menandakan berjalannya rangkaian kegiatan JBF. Berbagai acara kemudian digelar seperti tutorial seni dan dakwah yang mana para santri di Pesantren Irsyadul Mubtadi’in diberikan pelatihan mengenai dakwah, tutorial hijab fashion dan juga latihan marawis, kegiatan ini dilakukan selama 4 hari dan mendapat antusias baik dari santri di pesantren tersebut.

Selain tutorial seni dan dakwah, kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengajar langsung anak-anak sekolah mulai dari PAUD, TK, dan SD yang ada dilingkungan desa Mayang. Acara mengajar ini juga merupakan suatu bentuk pengamalan ilmu yang telah kawan-kawan formabi dapatkan sehingga ilmunya bisa menjadi ilmu yang bermanfaat. Selain itu, beberapa kegiatan juga sukses diselenggarakan seperti tabligh akbar dan juga bakti lingkungan yang mana kawan-kawan formabi membentuk perpustakaan di pesantren Irsyadul Mubtadi’in, mengecat, membersihkan lingkungan dan memasang petunjuk jalan. Pada Jumat malam, rangkaian kegiatan JBF ditutup yang menandakan berakhirnya acara. Kemudian kawan-kawan formabi kembali ke Jakarta pada sabtu, 25 Januari 2014 dengan membawa banyak pengalaman dan ilmu baru yang mereka dapatkan. Kini, setelah berminggu-minggu, jejak-jejak pengabdian formabi tetap terjaga melalui silaturahmi rutin dengan teman-teman di desa Mayang melalui jaringan komunikasi dan internet. Menatap kedepan, semoga kawan-kawan formabi dapat terus meninggalkan jejak-jejak kebaikan dalam hidupnya. (Yaqin'12/FST)