BECOME A WORLD CLASS UNIVERSITY

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beranjak menuju universitas kelas dunia. Welcome to the world community.

Berprikir Kreatif

Untuk memecahkan problem social.

Berpretasi

Sebagai agen of change, mahasiswa bidikmisi harus berprestasi dalam segala bidang.

Indonesia Jaya

Yang muda yang berkarya.

Indonesia Jaya

Yang muda yang berkarya.

Rabu, 30 April 2014

Sir Azyumardi Azra, Orang UIN Yang Mendunia


Siapa tak kenal Prof. DR Azyumardi Azra sebagai mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta dan sekarang Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia merupakan salah seorang cendikiawan muslim Indonesia. Namun tak banyak diberitakan media Indonesia, Beliau dianugerahi gelar Commander of the Order of British Empire (CBE) oleh Ratu Elizabeth II dari Inggris Raya. CBE merupakan gelar kebangsawanan tertinggi kedua dalam hirarki monarki Inggris. Urutannya mulai dari gelar tertinggi adalah Knighthood of the Order of British Empire (KBE), CBE, Officer of the Order of British Empire (OBE), dan yang terendah: Member of the Order of British Empire (MBE). Dengan demikian, Azyumardi berhak mencantumkan gelar kebangsawanan 'Sir' di depan namanya ditambah 'CBE' di belakang namanya. 

Foto: Antara
Gelar tertinggi KBE diberikan pada para pahlawan Inggris. Prof Azyumardi dianugerahi gelar CBE karena dianggap memberi kontribusi dalam hubungan dan toleransi antar agama di dunia, terutama dalam hubungan antara Indonesia dengan Inggris. Legenda hidup sepakbola Inggris, David Beckham merupakan salah seorang yang dianugerahi gelar OBE, gelar kebangsawanan tertinggi ketiga. Yang lebih membangggakan, ia merupakan orang pertama dari negara non persemakmuran yang mendapatkan gelar ini. Selama ini gelar kebangsawanan Inggris hanya dianugerahkan pada warga negara Inggris dan negara-negara persemakmuran. Ia juga berhak hadir dalam berbagai acara kenegaraan dan kerajaan Inggris.

Di bidang akademis, Azyumardi Azra merupakan orang Asia tenggara pertama yang menjadi Professor Fellow di Universitas Melbourne (Australia) dan anggota Board of Trustees di International Islamic University Islamabad. Sekarang, selain menjadi narasumber berbagai acara diskusi on air maupun off air, ia menjabat Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah. Peraih gelar PhD dari Columbia University (Amerika Serikat) ini telah berpengalaman sebagai Professor tamu di berbagai universitas di luar negeri: mulai dari St. Anthony College (Inggris), University of Philippines (Filipina) hingga University Malaya (Malaysia). Sedangkan desertasinya diterbitkan secara simultan di Australia, Amerika Serikat, dan Belanda. 

Lahir di Lubuk Alung (Sumatera Barat), 4 Maret 1955, putra Azikar dengan Ramlah ini menikah dengan Ipah Farihah. Pasangan Azyumardi-Ipah dikaruniai 4 anak: Raushanfikri Usada, Firman El-Amny, Muhammad Subhan, dan Emily Sakinah. Di waktu senggangnya, Azyumardi gemar jogging dan nonton sepakbola. Keluarga Azyumardi tinggal di Perumahan Puri Laras II C-23, Pisangan Barat, Cirendeu Ciputat, Tangerang Selatan 15419.


Jumat, 25 April 2014

Generasi Yang Hilang

Artikel Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Selasa, 30 November 1999)
Jam terbang saya lumayan tinggi dalam memberikan workshop dan diskusi di lingkungan BUMN atau perusahaan swasta dengan topik kepemimpinan atau masalah kebangsaan. Dibandingkan dunia parpol ada kesan dan perbedaan mencolok dalam hal regenerasi kepemimpinan.
Di perbankan, misalnya, saya bertemu profesional muda dengan jabatan dan tanggung jawab besar. Mereka memiliki latar belakang pendidikan bagus, sebagian besar pernah studi di luar negeri, dan rekam jejak jenjang karier transparan. Ketika dipromosikan, yang menjadi pertimbangan pun jelas. Begitu pun ketika menduduki jabatan lebih tinggi, tugas dan target yang diemban juga memiliki ukuran jelas sehingga akhirnya mudah menilai seseorang itu gagal atau sukses. Banyak kolega saya yang umurnya belum mencapai 45 tahun sudah memiliki posisi amat strategis dan bertanggung jawab mengelola dana ratusan triliun.
Belum lagi mereka yang bergerak di dunia bisnis. Kompetensi dan kemampuan komunikasinya sangat mengesankan, termasuk dengan mitra-mitra asing. Namun, suasana ini sulit saya temukan di dunia politik dan parpol. Di sana terjadi kemandekan kaderisasi dan proses rekrutmennya kurang didukung oleh rekam jejak pendidikan dan prestasi yang bagus di masa lalu. Suasana di lingkungan parpol dan LSM agak mirip. Siapa yang aktif yang akan lebih berpeluang naik.
Jadi, aktivisme lebih menonjol, dan idealnya didukung oleh intelektualisme. Tergolong sedikit jumlahnya mereka yang termasuk aktivis politik sekaligus intelektual yang berkarakter. Jika kita amati, terdapat indikasi hilangnya sebuah generasi. Ada mata rantai generasi emas anak bangsa yang hilang dalam rekrutmen politik. Fenomena ini akan mudah dilihat jika kita bandingkan dengan regenerasi di dunia bisnis, dunia kampus, dan kalangan profesional. Semula dengan hadirnya era reformasi dan multipartai kita berharap akan bermunculan kader-kader muda calon negarawan melalui jalur kepartaian.
Kita sempat optimistis dengan masuknya para aktivis kampus dan tokohtokoh gerakan mahasiswa bergabung ke parpol serta duduk di kursi DPR. Ada juga aktivis muda yang berkiprah di daerah. Namun, bersama berjalannya waktu, optimisme itu memudar. Tentu saja masih ada beberapa politisi muda yang bertahan di jalan yang lurus. Namun kesan dan persepsi masyarakat yang lebih menonjol mereka sangat kecewa bahwa para politisi muda itu pada berguguran di tengah jalan. Sangat rapuh ketika dihadapkan pada godaan materi. Mereka seakan mabuk dengan jabatan barunya, popularitas, dan fasilitas.
Padahal, masyarakat, tetangga rumahnya, dan teman sekolahnya masih ingat dan menjadi saksi bagaimana kehidupan ekonomi sebelum dan sesudah bergabung ke parpol. Perubahannya sangat drastis. Sulit dicerna nalar awam, dari mana asal-usul kekayaan yang tibatiba mencolok, dari mana mobil dan rumahnya yang mewah, dan gaya hidup keluarga yang berubah. Karenanya, masyarakat tidak kaget, bahkan mungkin ada yang senang, ketika banyak politisi dan pejabat publik yang akhirnya berurusan dengan KPK dan penjara.
Hal yang sangat menyedihkan, mereka itulah yang semula diharapkan menjadi wakil generasi muda bangsa yang akan mengganti generasi senior sebelumnya. Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah yang muda tidak tahan godaan dan kagetan, ataukah yang tua tidak membimbing dan melindungi terhadap kader-kadernya? Lebih memilukan lagi andaikan yang terjadi adalah sebuah konspirasi dan koalisi busuk dan murahan antara yang tua dan muda untuk menjarah uang dan fasilitas negara hanya untuk memenuhi selera dan tuntutan gaya hidup hedonis.
Kemuliaan politik menjadi rusak. Politik yang awalnya bertujuan menyelenggarakan pemerintahan untuk melayani, mencerdaskan dan menyejahterakan rakyat, dibajak hanya untuk menyejahterakan kelompok. Ini sebuah pengkhianatan yang lebih keji dari penjajahan bangsa asing di masa lampau. Hilangnya sebuah generasi itu sangat berdampak jauh bagi masa depan bangsa. Ibarat hutan jati yang ditebang namun tidak disiapkan generasi pohon yang muda sebagai penggantinya, maka hutan itu akan mengalami kerusakan panjang dengan berbagai dampaknya.
Demikianlah, panggung politik ini semakin heboh, seru, mahal ongkosnya, namun miskin kader dan bintang-bintang calon negarawan yang diharapkan oleh masyarakat yang telah dahaga untuk maju dan bangkit. Suasana ini akan terasa berbeda ketika kita masuk di kalangan profesional. Di sana kita tidak sulit menemui anak-anak muda yang cerdas, gesit, dan mitra serta jaringan kerjanya lintas bangsa. Hanya saja, dikhawatirkan jangan sampai para profesional muda itu kurang memahami dan mencintai bangsa dan rakyatnya. Ini merupakan gejala yang mesti kita perhatikan dengan saksama, karena mereka merasa kurang tertarik dengan panggung politik, yang memang kurang menarik ditonton dan ditiru

Selasa, 15 April 2014

Ta'aruf Bidikmisi 2013

 Ma'had UIN Jakarta, FORMABI ONLINE - www.uinjkt.ac.id
Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI) sebagai organisasi yang menampung segenap mahasiswa penerima bidikmisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sudah barang tentu setiap tahunnya bertambah anggotanya. Anggota baru penerima bidikmisi ini sebagian besar belum akrab bahkan ada pula yang belum kenal. Hal ini yang mendorong kepengurusan FORMABI untuk mengadakan kegiatan Ta’aruf  bidikmisi.
Kegiatan ta’aruf bidikmisi angkatan 2013 ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 28 maret 2014. Bertempat di taman marga satwa ragunan, dengan mengusung tema “Mengukir Cinta dalam Dekapan Saudara” Kegiatan ini dipanitiai oleh mahasiswa bidikmisi angkatan 2013 sendiri. Kegiatan dari kita, oleh kita, dan untuk kita. kepitiaan yang dikomandani oleh Nur Muhammad Iskandar ini telah dibentuk dua bulan sebelum acara, yakni sebelum liburan semester awal, dan baru bisa terlaksana tanggal  28 maret.
Agenda awal ta’aruf bidikmisi angkatan 2013 ini dimulai dengan registrasi ulang, pada pukul 07:00 teman-teman sudah berkumpul di gedung FITK dan berangkat menuju ragunan seperti dalam jadwal, tetapi karena beberapa kendala rombongan baru bisa berangkat pada pukul 08:00 dengan menaiki tiga bus kopaja AC, dan sampai di ragunan pukul 09:00. Sesampainya di ragunan acara selanjutnya adalah opening ceremony, pembukaan dilaksanakan pukul 09:30. Kemudian dilanjutkan dengan acara pembagian kelompok dan mentoring oleh kakak pendamping masing-masing kelompok. Setelah mentoring peserta diberi waktu istirahat untuk makan bersama dan solat dhuhur.  Sebelum melaksanakan solat para peserta dikumpulkan karena kita kedatangan bapak Abdur Rozak A. Sastra M.A. beserta Istrinya, beliau menyampaikan sambutan sepatah dua patah kata dan motivasi untuk kita.
Panas matahari yang biasanya menyengat Jakarta, siang itu tertutup oleh mendung sehingga tidak terlalu panas.  Setelah solat peserta dikumpulkan untuk beradu yel-yel dan kekompakan tiap kelompok. Ada sepuluh kelompok yang berkompetisi dalam acara tersebut. Acara sempat terhambat karena turun hujan tetapi setelah hujan reda acara bisa dilanjutkan dan semangat  teman-teman peserta ta’aruf  tidak kendor. Kita ditantang untuk main game. Ada empat pos yang harus dilalui setiap kelompok dan dalam tiap pos terdapat dua games. Teman-teman sangat semangat untuk bermain meskipun di tempat yang berlumpur sekalipun.

Acara di ragunan diakhiri pukul 17:00 dan kami pun bergegas pulang. Karena agenda acara belum selesai jadi acara dilanjutkan di lobi FITK, setelah solat maghrib  acara selanjutnya yaitu tukar kado dan penutupan. Sebelum penutupan di umumkan kelompok tergiat dalam kegiatan sehari penuh itu. Sebagai bentuk apresiasi dan penyemangat teman-teman sekalian. Kegiatan ta’aruf bidikmisi angkatan 2013 ini sukses dan selesai pada pukul 19:00. Diakhiri dengan mushofahah bersalam-salaman seluruh peserta panitia dan senior.  Sangat mengesankan bisa saling mengenal dan bercanda gurau dengan teman-teman semua. Suatu momentum yang tidak akan terlupakan di memory semua peserta dan panitia.